Terlintas – Peran investor retail dalam pasar saham Indonesia semakin signifikan. Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa hampir 44 persen dari nilai transaksi harian di pasar saham berasal dari investor retail. Menurutnya, investor domestik telah memainkan peran penting dalam menyerap aksi jual yang dilakukan oleh investor asing melalui aksi beli yang terus dilakukan.
Dalam sebuah acara di Jakarta pada hari Selasa, Jeffrey menyatakan bahwa kontribusi investor retail dalam transaksi harian menunjukkan adanya potensi besar dalam pasar saham domestik. Ia menilai bahwa untuk menjaga stabilitas pasar, partisipasi dari investor institusi dalam negeri juga dibutuhkan. Keberadaan mereka diharapkan dapat memperkuat pasar ketika investor asing mulai melepaskan kepemilikan saham mereka.
Jeffrey juga mengungkapkan harapannya agar investor domestik, baik dari kalangan retail maupun institusi, dapat terus melakukan aksi beli ketika investor asing melepas saham dengan harga yang lebih rendah. Dengan cara ini, harga saham yang turun akibat aksi jual asing dapat terserap oleh investor dalam negeri sehingga tidak menyebabkan volatilitas yang berlebihan di pasar.
Jumlah investor di pasar saham terus mengalami peningkatan. Saat ini, jumlah investor yang aktif telah mencapai 6,7 juta orang, dari total 15,7 juta investor yang tercatat di pasar modal Indonesia. Peningkatan ini terlihat jelas dari adanya tambahan sekitar 850 ribu investor baru selama tahun ini. Jeffrey menilai bahwa kondisi ini mencerminkan optimisme masyarakat terhadap peluang yang masih terbuka luas di pasar modal.
Tahun ini, BEI menargetkan penambahan dua juta investor baru dalam pasar modal Indonesia. Target ini dinilai realistis mengingat tren pertumbuhan jumlah investor yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Jeffrey juga menekankan bahwa meskipun pasar saham mengalami volatilitas, kondisi ini merupakan hal yang wajar dan dapat dihadapi dengan strategi yang tepat.
Dalam 30 tahun terakhir, pasar saham Indonesia telah mengalami berbagai krisis, termasuk krisis ekonomi tahun 1998, 2008, dan 2018, serta pandemi COVID-19 pada 2020. Jeffrey mengungkapkan bahwa pengalaman menghadapi berbagai tantangan tersebut membuktikan ketahanan pasar modal Indonesia. Ia meyakini bahwa pasar saham akan terus berkembang dan mampu melewati berbagai tantangan ekonomi yang mungkin muncul di masa depan.
Dengan meningkatnya partisipasi investor retail dan institusi dalam negeri, pasar saham Indonesia diharapkan dapat semakin kuat dan stabil. Peran mereka tidak hanya membantu menjaga keseimbangan pasar, tetapi juga menciptakan peluang investasi yang lebih luas bagi masyarakat.
More Stories
Diskon Tarif Listrik 50 Persen Turunkan Inflasi, Realisasi Anggaran Capai Rp13,6 Triliun
Rio Waida Masuk Top 5 Dunia WSL, Siap Hadapi El Salvador Pro
Serangan ke Gedung Palang Merah di Rafah: Militer Israel Akui Kesalahan