Terlintas – Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengungkapkan bahwa stigma negatif terhadap pasien tuberkulosis (TBC) dalam masyarakat dapat menjadi hambatan besar dalam keberhasilan penanganan penyakit ini. Menurutnya, dukungan dari semua pihak sangat penting dalam upaya pengobatan TBC. Stigma yang diberikan pada pasien atau keluarganya justru memperburuk kondisi, karena dapat menghambat proses pengobatan dan pemulihan.
Ina menjelaskan bahwa meskipun TBC masih menjadi masalah kesehatan yang serius, penyakit ini sebenarnya dapat disembuhkan apabila segera didiagnosis dan diobati dengan tepat. Penyakit yang mengancam jiwa ini, selain menambah angka kematian, juga sering kali membuat penderita mendapat perlakuan diskriminatif dari orang-orang di sekitar mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketakutan yang seringkali berujung pada perlakuan yang tidak adil terhadap penderita TBC.
Meskipun TBC memiliki stigma yang besar, Ina menegaskan bahwa pengobatan yang tepat dapat mengatasi penyakit ini. Jika diidentifikasi lebih awal dan pengobatan dilakukan secara tuntas, maka TBC dapat sembuh sepenuhnya. Bahkan, untuk mencegah penularan, skrining kasus dilakukan dengan mencari siapa saja yang telah berhubungan dengan pasien, termasuk kontak erat serta orang-orang yang tinggal serumah atau berada dalam kelompok yang berisiko tinggi.
Lebih lanjut, Ina menambahkan pentingnya deteksi dini terhadap penyakit ini. Jika seseorang merasakan gejala TBC, ia harus segera mengunjungi rumah sakit untuk diagnosis lebih lanjut. Sementara itu, masyarakat juga diimbau untuk melaporkan jika mereka tahu telah berinteraksi dengan pasien TBC, agar mereka bisa mendapatkan pengobatan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Ina menjelaskan bahwa jika pasien TBC mengikuti pengobatan dengan baik, mereka tidak akan lagi menularkan penyakit ini setelah 1-2 bulan. Namun, jika pasien tidak mematuhi pengobatan atau menundanya, penyakit tersebut dapat menyebar lebih luas dan menyebabkan peningkatan angka infeksi. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap pengobatan sangat penting untuk mengendalikan penyebaran TBC.
Selain itu, Ina menggarisbawahi pentingnya memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya mendukung pengobatan TBC. Informasi yang benar tentang TBC akan mengurangi rasa takut dan stigma, serta mendorong masyarakat untuk mendukung pasien dan keluarganya dalam menjalani pengobatan.
Namun, Ina mengingatkan bahwa masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja. Pemerintah memerlukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat pengendalian dan pencegahan TBC. Kolaborasi lintas sektor sangat penting, baik itu dari lembaga pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta, hingga media. Semua pihak ini harus terlibat dalam upaya pengendalian TBC agar keberhasilan dapat tercapai.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas penanganan TBC, kolaborasi yang solid sangat diperlukan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, pembenahan komunikasi dan pendidikan yang tepat perlu dilakukan agar tidak ada lagi stigma terhadap pasien TBC, dan masyarakat bisa lebih mendukung upaya pengobatan yang dilakukan oleh penderita TBC.
More Stories
Bupati Yahukimo Bantah Isu Guru dan Tenaga Kesehatan dari TNI/Polri
Aryna Sabalenka Lolos ke Perempat Final Miami Open Setelah Kalahkan Danielle Collins
53 Sekolah Rakyat Siap Diresmikan, Pemerintah Fokus pada Akses Pendidikan Merata