19 Juni 2025

Terlintas.com

Info Seputar Fakta Baru

Merek Lokal Kecantikan Alami ‘Local Brand Winter’, Hypefast Soroti Ketatnya Persaingan

Merek Lokal Kecantikan Alami ‘Local Brand Winter’, Hypefast Soroti Ketatnya Persaingan

Sumber: antaranews.com

Terlintas – Industri kecantikan di Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena yang disebut sebagai local brand winter, di mana banyak merek lokal menghadapi tantangan besar hingga terpaksa menutup bisnisnya. Fenomena ini terjadi akibat perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan, yang ditandai dengan meningkatnya tekanan dari kompetitor, terutama dari merek luar negeri.

CEO dan Founder Hypefast, Achmad Alkatiri, mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu tahun terakhir, banyak merek kecantikan lokal yang harus menghentikan operasionalnya. Penyebab utama dari kondisi ini adalah persaingan ketat dengan brand internasional, terutama yang berasal dari Tiongkok. Alkatiri menjelaskan bahwa pada akhir tahun 2024, beberapa merek kecantikan yang sebelumnya populer di kalangan konsumen, seperti Syca, Roona Beauty, dan Matoa, terpaksa menutup bisnisnya karena kesulitan dalam mempertahankan daya saing.

Padahal, pada periode 2021 hingga 2023, industri kecantikan lokal sempat menunjukkan sinyal positif. Banyak merek lokal yang mendapatkan pendanaan dari investor ternama, seperti Rose All Day, Base, dan ESQA. Selain itu, pertumbuhan penjualan yang pesat di berbagai platform e-commerce seperti Shopee dan TikTok Shop sempat menjadi bukti bahwa merek-merek lokal memiliki potensi besar untuk berkembang.

Namun, kehadiran brand kecantikan asal Tiongkok membawa tantangan baru bagi industri lokal. Dengan modal yang jauh lebih besar, brand internasional mampu mengalokasikan hingga 30-40 persen dari total omzet bisnis mereka untuk keperluan pemasaran. Sementara itu, kebanyakan merek lokal hanya memiliki anggaran sekitar 10 persen untuk aktivitas serupa. Dengan strategi pemasaran yang agresif dan menyesuaikan produk dengan kebutuhan konsumen Indonesia, brand-brand luar ini berhasil menarik perhatian pasar dengan cepat, membuat banyak merek lokal kesulitan bersaing.

Alkatiri menekankan bahwa untuk dapat bersaing dengan brand internasional yang memiliki modal besar serta strategi pemasaran yang kuat, merek lokal perlu memiliki daya tahan yang lebih baik. Tanpa modal yang memadai, bukan berarti mustahil untuk tetap bertahan, namun diperlukan strategi yang lebih cermat dan adaptif. Ia juga menyoroti pentingnya pemilik bisnis memahami perbedaan antara profit dan arus kas (cash flow).

Menurutnya, salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh pemilik merek lokal adalah hanya fokus pada pertumbuhan bisnis tanpa mempertimbangkan kesehatan arus kas. Tanpa pengelolaan keuangan yang baik, pertumbuhan yang terlalu cepat justru dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, pemilik bisnis disarankan untuk menyusun perencanaan pengeluaran secara rinci, termasuk dalam pembelian inventaris serta pengurangan biaya operasional yang tidak diperlukan. Jika pengelolaan cash flow masih menjadi kendala, melibatkan ahli keuangan bisa menjadi solusi untuk memastikan stabilitas bisnis.

Selain itu, Alkatiri juga mengingatkan bahwa menunggu valuasi bisnis yang lebih tinggi dapat menjadi langkah yang berisiko. Di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan seperti saat ini, mencari investor yang bersedia memberikan pendanaan merupakan langkah yang lebih bijak dibandingkan bersikap terlalu idealis terhadap valuasi perusahaan. Menurutnya, jika ada investor yang menawarkan pendanaan, sebaiknya kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk menjaga keberlangsungan bisnis, memastikan arus kas tetap sehat, serta menyusun strategi pertumbuhan yang lebih efektif.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh merek lokal, strategi dan pengelolaan keuangan yang matang menjadi kunci utama untuk tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.