20 Juni 2025

Terlintas.com

Info Seputar Fakta Baru

Pasar Saham Tertekan: Dampak Ketidakpastian Global dan Penurunan Harga Komoditas

Pasar Saham Tertekan: Dampak Ketidakpastian Global dan Penurunan Harga Komoditas

Sumber: antaranews.com

Terlintas – Ketidakpastian ekonomi global terus memberikan tekanan pada pasar saham Indonesia, yang ditandai dengan turunnya nilai aset saham dalam beberapa waktu terakhir. Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa situasi ini tidak terlepas dari meningkatnya ketidakpastian global serta kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi domestik.

Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump, dinilai menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk sentimen global. Keputusan terkait kebijakan tarif yang dapat berubah secara mendadak atau diberikan timbal balik dengan cepat menyebabkan ketidakstabilan di pasar keuangan dunia. Selain itu, kebijakan tarif yang diterapkan juga diperkirakan berdampak pada inflasi AS dalam jangka pendek serta memperlambat pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka menengah hingga panjang. Akibatnya, risiko stagflasi di AS semakin meningkat, membuat investor global lebih berhati-hati dalam menempatkan modal mereka di aset negara berkembang.

Selain faktor eksternal, kondisi ekonomi dalam negeri juga berkontribusi terhadap penurunan aset saham. Salah satu penyebabnya adalah harga komoditas batu bara yang mengalami penurunan tajam. Pada Februari 2025, harga batu bara tercatat mengalami koreksi hingga 11,7 persen, yang berdampak langsung pada sektor pertambangan dan pasar saham Indonesia secara keseluruhan.

Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada pekan lalu disebut berkaitan dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2 persen, namun angka tersebut diturunkan menjadi 4,9 persen untuk tahun 2025. Kondisi ini semakin diperparah oleh turunnya harga batu bara global yang, untuk pertama kalinya sejak 2022, jatuh hingga di bawah 100 dolar AS per metrik ton (MT).

Meski demikian, pelemahan harga batu bara diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Berdasarkan tren historis, penurunan tajam seperti ini cenderung hanya bersifat sementara dan akan mengalami pemulihan secara bertahap. Batu bara sendiri merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia dan menjadi sektor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dari sektor pertambangan.

Dalam laporan terbaru, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar 1,11 miliar dolar AS pada bulan lalu. Josua Pardede menilai bahwa dalam jangka pendek, pasar saham domestik masih akan menghadapi risiko dari ketidakpastian prospek pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, ia menambahkan bahwa jika ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan negara-negara sekitarnya, maka dalam jangka panjang, IHSG berpotensi untuk kembali menguat di atas level 7.000.

Tren pasar saham sepanjang tahun 2025 menunjukkan bahwa aset keuangan domestik mengalami tekanan cukup besar. Sejak awal tahun hingga akhir perdagangan pada 21 Maret 2025, IHSG tercatat mengalami negative return sebesar 11,6 persen. Penurunan paling tajam terjadi pada bulan sebelumnya, di mana indeks saham turun hingga 11,8 persen dalam satu bulan. Namun, pada bulan ini, IHSG hanya mengalami pelemahan sebesar 0,2 persen per 24 Maret 2025, yang mengindikasikan adanya sedikit perbaikan dalam pergerakan pasar.

Dengan berbagai faktor yang masih memengaruhi pasar saham, para investor terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik guna menentukan strategi investasi mereka. Meski tekanan masih terasa, prospek pemulihan tetap terbuka, terutama jika faktor fundamental ekonomi Indonesia mampu menunjukkan ketahanan dalam menghadapi tantangan global.